Penciptaan pria-pria dan wanita-wanita baru dari material manusia secara sadar dan sengaja dalam waktu sesingkat mungkin inilah yang menanamkan sebuah ciri khas pada fase proses panjang mobilisasi ras di Amerika; dan ini adalah fungsi Amerikanisasi.
1. Persoalan Ras di Dunia Lama
Bagi penstudi sejarah ekonomi dan sosiologi, persoalan imigrasi di Amerika Utara dan Selatan sangat menarik secara ilmiah. Sebab, pendiaman Belahan Bumi Baru itu oleh anak-anak Dunia Lama sejak zaman Columbus dan para Bapa Peziarah hanyalah tahap terbaru dari gerakan dunia yang sama yang fase-fase terdahulunya dijelmakan dalam kolonisasi Eropa Celtik dan Romawi oleh bangsa Frank, bangsa Goth, bangsa Vandal, bangsa Hun, bangsa Angle, dan bangsa Saxon, atau kolonisasi Eur-Asia kuno lebih awal lagi oleh para anggota rumpun Indo-Jermanik (Arya), yakni bangsa Yunani, bangsa Romawi, bangsa Persia, bangsa India, dll, atau lembah Hwang-ho oleh bangsa Skithia (Tartar) Asia Tengah, Mesopotamian Doab oleh bangsa Dravida India Selatan, dan “anugerah Nil” oleh para penyerbu firaunik dari perbukitan Nubia dan Afrika Timur. Masalah peleburan ras di Amerika kekinian pada hakikatnya identik dengan permasalahan ras di zaman-zaman dan iklim-iklim lain. Akan tetapi, ada dua perbedaan signifikan. Pertama, apa yang telah dicapai di Asia dan Eropa melalui berabad-abad dan bahkan bermilenium-milenium sedang ditimbulkan di Amerika dalam beberapa generasi, jika bukan dalam beberapa dasawarsa. Kedua, solusi masalah ini sedang diupayakan di Dunia Baru secara jauh lebih sadar daripada di Dunia Lama, berkat pengalaman kumulatif umat manusia, dan berkat kemampuan ajaib yang dianugerahkan oleh sains modern kepada umat manusia untuk menjalankan eksperimen, untuk meramalkan masa depan, untuk memilih yang diinginkan, dan menolak yang tak diinginkan. Penciptaan pria-pria dan wanita-wanita baru dari material manusia secara sadar dan sengaja dalam waktu sesingkat mungkin inilah yang menanamkan sebuah ciri khas pada fase proses panjang mobilisasi ras di Amerika; dan ini adalah fungsi Amerikanisasi. Masalah ini dapat dinyatakan dengan mudah. Dunia Baru pasti mengambil daging mentah dan darahnya dari Dunia Lama. Namun, tujuannya bukan untuk meringankan Eropa dan Asia dari kelebihan populasi dan kemiskinan mereka, bukan pula, seperti dinyatakan para idealis, untuk memberi sampah umat manusia kesempatan untuk naik dalam neraca peradaban. Tentu saja, hal-hal ini adalah “produk sampingan” imigrasi. Tapi yang pertama dan terakhir, sasarannya harus bersifat nasional, yakni untuk melayani “Amerika dulu”. Pertimbangan-pertimbangan yang mesti paling berarti adalah: pertama, memiliki persediaan buruh yang memadai untuk pertanian, pabrik, hutan, dan tambang Amerika; kedua, membangun komunitas pria dan wanita yang bisa memperkaya susunan sosial dan intelektual kehidupan Amerika dalam beragam cara; dan terakhir tapi tak kalah penting, menciptakan sekumpulan warga yang bagi mereka loyalitas kepada Amerika di masa sengsara dan perang adalah fitrah kedua. Hal-hal ini merupakan fondasi program minimum Amerikanisasi yang ada di hadapan para pendidik, pekerja sosial, dan pemimpin politik AS.2. Ultimatum Amerika kepada Asia
Terkait Amerikanisasi para imigran dari Asia, masalah itu sudah tak ada. Orang-orang Dunia Baru tak ingin meng-Amerikanisasi buruh-buruh Asia. Pria, wanita, dan anak-anak Timur sudah dipostulatkan sebagai “tak bisa diasimilasi” sebelum apapun dicoba untuk “mengadopsi”, menaturalisasi, mengasimilasi, atau melebur mereka. Persoalan tersebut kini praktisnya sudah ditutup oleh traktat-traktat dan legislasi. Sampai taraf tertentu, sikap para majikan berbeda dari sikap para buruh. Tapi, secara umum, putusan AS untuk Kanada adalah pengecualian tenaga kerja Asia dari hak menginjakkan kaki di tanah Belahan Bumi Baru itu. Jadi Amerika akhirnya telah mendeklarasikan diri sebagai tanah terlarang untuk bangsa-bangsa Timur. Penutupan Kanada bagi buruh Asia telah dijalankan: (1) melalui Chinese Exclusion Law 1903-1908, yang menuntut dari setiap imigran ras China sebuah pajak pendaratan sebesar $500; (2) melalui perjanjian informal Jepang-Kanada (1907), yang membatasi imigran Jepang di Kanada menjadi 400 orang per tahun; dan (3) melalui pajak pendaratan $200 pada setiap imigran India, selain melalui regulasi (1910) “perjalanan berketerusan” dari India (sebuah putusan pelarangan karena tidak ada rute kapal uap langsung antara India dan Kanada). AS telah ditutup bagi buruh Asia melalui undang-undang berikut: (1) Chinese Exclusion Law 1904, yang memberlakukan kembali, tanpa pembatasan, modifikasi, atau syarat, semua undang-undang penangguhan atau pembatasan sebelumnya menyangkut imigrasi buruh, berketerampilan atau tak berketerampilan, dari China; (2) “perjanjian pria jantan” 1907, yang Jepang setujui untuk tidak memberi paspor kepada buruh kecuali misalnya “bekas residen, orangtua/ isteri/anaknya residen” dan “agrikulturis menetap”; dan (3) Immigration Act 5 Februari 1917 yang membatasi luas, yang telah secara mutlak melarang imigrasi buruh dari Asia (minus China dan Jepang, yang diantisipasi secara terpisah) menurut garis-lintang dan garis-bujur. Dalam kebijakan ekslusi itu AS lebih langsung dan lebih menyeluruh daripada tetangga utaranya. Dan ini meredakan kegelisahan serikat buruh dan jurnalis dan politisi mereka. Namun, jelas para majikan lumayan dirugikan oleh undang-undang ini, sebab mereka terhalangi untuk mendapatkan tenaga kerja khususnya di masa ketika kekurangan buruh sedang dirasakan di semua sisi lantaran permintaan “peluru manusia” untuk Perang Besar. Tapi ini “penyelesaian” yang tampak memuaskan untuk persoalan Timur ini begitu drastis, tak manusiawi, diskriminatif (dan karenanya tak adil) sehingga kemungkinan besar akan menjadi pengusik paling akut untuk perdamaian dunia pada dasawarsa-dasawarsa mendatang. Ini adalah ultimatum Amerika kepada Timur. Masalah ini telah melampaui batas-batas legislasi buruh lokal atau sengketa industri “dalam negeri” belaka dan masuk ke gelanggang politik internasional. Sebab, situasi saat ini praktisnya merupakan tantangan tetap bagi Asia Muda untuk mencoba membuka pintu-pintu Amerika dengan cara yang sama seperti China dan Jepang dibuka oleh orang-orang Eropa-Amerika pada pertengahan abad 19. Penghinaan ini terus-menerus memancing orang-orang Asia yang terhina dan tersakiti untuk mempertontonkan kepada dunia bahwa mata pisau Damaskus belum tumpul untuk selamanya.Judul asli | : | Americanization from the Viewpoint of Young Asia<i=1eA2IpSsoWSKTQbOuso_54ogBoqqxQbXW 260KB>Americanization from the Viewpoint of Young Asia (1919) |
Pengarang | : | Benoy Kumar Sarkar |
Penerbit | : | Relift Media, September 2023 |
Genre | : | Sosial |
Kategori | : | Nonfiksi, Esai |