Skip to content
Perang Bangsa-bangsa – Relift Media

Perang Bangsa-bangsa Bacaan non-fiksi perang

author _Carlton Hayes_; date _1914_ genre _Perang_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Dari peradaban inilah—dari elemen-elemennya yang paling ditekankan—keluar perang dengan ukuran tiada tara dalam sejarah tercatat dunia. Kini benar-benar “rezim lama”-lah yang harus menjelaskan bencana saat ini. Andaikata pernah ada keraguan bahwa perbuatan dan pemikiran satu generasi mengkondisikan perbuatan dan pemikiran generasi-generasi seterusnya, itu akan sudah dihilangkan oleh studi dangkal sekalipun terhadap sebab-sebab yang membawa lurus ke Perang Bangsa-bangsa saat ini yang patut disesalkan. Dalam satu demi satu buku di hadapan kita—kebanyakan ditulis sebelum dimulainya per­musuhan—kita dibawa kembali ke perbuatan para negara­wan, diplomat, dan pengusaha, ke tulisan dan teori para sejarawan, filsuf, dan ilmuwan; pendek kata, ke peradaban Eropa pertengahan abad 19. Bagi kebanyakan kita, itu peradaban yang bagus, terlalu mulia dan terlalu dermawan, terlalu bermuatan semangat “perbaikan” diri dan “progres”, untuk memperkenankan perang lagi. Tapi dari peradaban inilah—dari elemen-elemennya yang paling ditekankan—keluar perang dengan ukuran tiada tara dalam sejarah tercatat dunia. Kini benar-benar “rezim lama”-lah yang harus menjelaskan bencana saat ini. Dari semua elemen politik dan spiritual dalam “rezim lama” abad 19, salah satu yang paling keras kepala dan paling mengesankan adalah pertumbuhan nasionalisme. Mengam­bil bentuk pasti di masa Revolusi Prancis, di bawah nama indah Persaudaraan, itu tampil sebagai pemberontakan kaum swa-sadar atas nama kebebasan dan kesetaraan individual terhadap tirani atau inefisiensi institusi-institusi sezaman ber-hak ilahi. Oleh ide Persaudaraan-nya Prancis, setiap negara Eropa segera terjangkit, sehingga simpati-simpati yang tadinya laten tergembleng menjadi sentimen sehidup-hidupnya, dan para teoris dari bidang sejarah atau filsafat atau bahkan ekonomi bisa menemukan persetujuan populer untuk pernyataan-pernyataan khidmat mereka bahwa “orang-orang yang berbicara bahasa yang sama dan berbagi adat-istiadat umum yang sama semestinya bersatu secara politik sebagai bangsa”. Ide nasionalisme ini, disentimentalisasi oleh para cende­kiawan dan patriot, didogmatisasi oleh serombongan sarjana yang tumbuh subur sepanjang abad itu seperti pohon bay dalam peribahasa, menghasilkan banyak buah. Itu mendo­brak jalannya di bawah monarki-monarki reaksioner dengan sama bertubi-tubinya seperti di demokrasi-demokrasi revo­lusioner. Lambat-laun, setidaknya satu ide, satu sentimen, menjadi umum pada orang Rusia, orang Prancis, orang Inggris, orang Jerman, orang Italia, orang Norwegia, orang Yunani, orang Serbia, orang Polandia, orang Irlandia, dan orang Ceko—bahwa orang-orang yang berbicara bahasa yang sama dan berbagi adat-istiadat umum yang sama semesti­nya dipersatukan secara nasional di bawah sistem politik tunggal. Nasionalisme bukan saja soal teorisasi idealistik tapi juga pencapaian riil. Itu merupakan faktor paling vital dalam mempercepat pemotong-motongan Kekaisaran Utsmani, dalam meniadakan tendensi-tendensi sentrifugal berbagai wilayah Kekaisaran Britania, dan juga dalam menciptakan Italia bersatu dan Jerman bersatu. Orang tak bisa mengukur secara akurat efek-efek dari gerakan kebangsaan semacam itu terhadap kaum bersangkutan; tidak ada orang waras yang akan menyangkal bahwa timbul efek-efek luas. Terutama, pendirian Kekaisaran Jerman saat ini, yang pada hakikatnya merupakan ekspresi nasionalisme, telah menjadi pencapai­an gemilang abad 19, dan perang saat ini berkaitan erat dengan efek-efek pencapaian tersebut.
Jerman adalah yang termuda di antara Kekuatan-keku­atan Besar Eropa, homo novus, yang, setelah bersemi baru-baru ini, mendobrak jalannya dengan kapasitas superiornya ke dalam lingkaran bangsa-bangsa lama. Kekuatan Besar baru ini dahsyat usai tiga kampanye jaya dan sukses, dan dipandang sebagai pengacau tak diundang dan tak disambut, ketika ia memasuki rom­bongan Kekuatan-kekuatan Besar Eropa dan menuntut jatah harta-benda dunianya. [Bülow, hal. 3]
Implikasi kata pendahuluan Bülow terletak bukan pada fakta bahwa Jerman dipersatukan, melainkan pada bagai­mana penyatuan itu dilakukan. Paling sering, pada abad 19, pertumbuhan nasionalisme dipadukan dengan tendensi-tendensi ke arah demokrasi, dan patriot-patriot terdepan identik dengan demokrat-demokrat terkemuka. Pokoknya, demikianlah keadaannya di Prancis dan Italia. Demikian pulalah keadaanya di Jerman mula-mula. Akan diingat bahwa percobaan serius pertama untuk secara politik mem­persatukan bangsa-bangsa Jerman dilakukan oleh Frankfurt Assembly berwatak demokratis pada masa ribut 1848-1849; bahwa itu melambangkan perpaduan nasionalisme dan libe­ralisme, perpaduan bangsa Jerman dengan demokrasi Jer­man. Seandainya percobaan pertama ini berhasil, sejarah Eropa selanjutnya mungkin akan sudah berbeda. Tapi fakta anehnya adalah tak satupun penulis-penulis sebelum kita mempertanyakan sifat kegagalan 1849 yang sudah ditakdir­kan. Satu-satunya pelajaran yang Bülow bakal ambil adalah bahwa “terlepas dari melimpahnya nilai lebih dan kualitas besar yang dianugerahkan pada bangsa Jerman, bakat politik tidak diberikan padanya” (halaman 127); dan Bernhardi me­ngakui “tidak ada kaum lain yang sangat kurang memenuhi syarat seperti Jerman untuk mengarahkan takdir-takdirnya sendiri, entah dalam konstitusi parlementer atau republikan; tidak ada kaum lain yang sangat tak cocok dengan pola libe­ral biasa” (halaman 113). Münsterberg dengan lemah meng­gemakan keyakinan yang sama; tapi terlepas dari trilogi ini, yaitu seorang negarawan besar Jerman (Bülow), seorang prajurit memikat Jerman (Bernhardi), dan seorang psikolog impulsif Jerman-Amerika (Münsterberg), banyak penganut optimistik demokrasi akan lebih memilih berpegang pada kesimpulan Profesor Burgess bahwa bangsa Jerman tidak hampa dari kemampuan politik, tapi bahwa, sebaliknya, ke­jeniusan Teuton adalah kejeniusan politik di atas rata-rata.
Judul asli : The War of the Nations<i=1tZkQSjMj8h_mhREun3wCBJK8D6iyurzm 491KB>The War of the Nations
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Agustus 2023
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Perang Bangsa-bangsa

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2023)