Skip to content
Tatakrama dan Agama Jerman Kuno – Relift Media

Tatakrama dan Agama Jerman Kuno Bacaan non-fiksi sejarah

author _Samuel Taylor Coleridge_; date _1796_ genre _Sejarah_; category _Esai_; type _Nonfiksi_ Hutan-hutan gelap Jerman didiami oleh sebuah ras manusia yang dengannya bangsa Romawi, di masa Republik mereka, melangsungkan persaingan ragu-ragu; persaingan antara sebuah bangsa merdeka yang galak dalam semangat takhayul gemar perang. Hutan-hutan gelap Jerman didiami oleh sebuah ras manusia yang dengannya bangsa Romawi, di masa Republik mereka, melangsungkan persaingan ragu-ragu; persaingan antara sebuah bangsa merdeka yang galak dalam semangat takhayul gemar perang dan para budak Roma penakut yang terbiasa merunduk di bawah setiap libertin atau tiran yang menindas mereka, tidak bisa ragu-ragu untuk waktu lama. Tatakrama bangsa Jerman telah dilukiskan oleh Tacitus, sejarawan paling filosofis. Mereka memilih Raja-raja mereka atas dasar nasab mulia mereka; pemimpin mereka untuk keberanian pribadi mereka. Meja ketua mereka berperabot primitif, tapi itu diperaboti dengan melimpah. Para prajurit yang ikut menikmati pesta jamuannya, dan menerima dari­nya kadang seekor kuda yang dilatih untuk perang, kadang sebilah tombak kemenangan dan berdarah, memuaskan nafsu kesukaan mereka dalam keuntungan yang mereka hasilkan dari pengabdian militer. Urusan-urusan sepele diputuskan oleh para ketua mereka, tapi semua hal penting ditentukan oleh Majelis Umum; di sini pula mereka memilih pemimpin. Medan tempur adalah satu-satunya jalan kenaik­an pangkat, dan satu-satunya metode untuk meraih restu para Dewa adalah keberanian. Pendidikan bangsa Jerman memberi mereka kekuatan dan perawakan, dan kekuatan mereka dilestarikan melalui pemantangan luar biasa yang membedakan mereka dengan begitu istimewa dan terhormat. “Tapi tidak ada,” kata Tacitus, “satupun yang menertawakan keasusilaan; dan menyimpang dan disimpangkan tidak disebut mode.” Mereka memandang kaum wanita sebagai imbangan dan pendamping mereka, dan siapapun yang mengharapkan cinta seorang wanita, ter­lebih dulu membuat dirinya layak dihargai oleh si wanita. Mereka menganggap diri mereka difavoritkan oleh para Dewa, dan kita sering menemukan penyebutan bagaimana Nabi-nabi perempuan menyertai bala tentara mereka. Ini bukan hal luar biasa, sebab mereka senantiasa berperang atau berburu. Mereka menyerahkan kajian obat herbal dan pokok pengobatan kepada kaum wanita; dan seni ini mis­terius dan kejadiannya juga sering. Kaum wanita dihormati, dan karenanya mereka menjadi terhormat. Telah ditinjau “bahwa keadaban hidup jadi menyimpang saat mereka memoles hubungan antar jenis kelamin”; dan kemiskinan hebat Jerman telah disebutkan sebagai satu penyebab perpantangan bangsa Jerman. Jika keadaban ter­kandung dalam “hiburan mewah, tari-tari tengah malam, dan tontonan jangak”, kita dapat bersepakat dengan Gibbon bahwa mereka menghadirkan godaan dan sekaligus peluang bagi kelemahan moril, tapi itu hanya bisa disebut keadaban yang, dengan memperkuat intelek, memurnikan tatakrama. Semua hal lain melemahkan dan membejadkan. Jika sebuah akal yang terlatih dalam rutin etiket dan keremehan sopan-santun, dan sebuah tubuh yang dilemahkan oleh kelesuan cara, merupakan keadaban, maka aku harus beralih me­renungkan harkat wanita di tenda seorang barbar. “Tapi (kata sang sejarawan) pahlawan-pahlawan perem­puan dengan peran seperti itu dapat menuntut rasa kagum kita; tapi mereka sangat pasti tidak cantik dan tidak pula dapat dicintai. Saat mereka berpura-pura meniru kebajikan keras pria, mereka pasti membuang kelembutan luwes yang di dalamnya, pada prinsipnya, terkandung pesona dan kele­mahan wanita.” Tentang ini aku harus sependapat dengan Mary Woolstonecraft, “bahwa itu adalah filosofi sensualitas”. Kaum wanita Jerman adalah pendamping bebas dan setara untuk suami mereka; mereka diperlakukan oleh suami mereka dengan hormat dan percaya, diajak berunding di setiap kesempatan penting. Lalu, apa sih cinta ini, yang mana wanita kehilangannya dengan menjadi terhormat?
Judul asli : Historical Sketch of the Manners and Religion of the Ancient Germans<i=1Eg7PnF_H8FplGzbnLeywZuK9kliupMpu 389KB>Historical Sketch of the Manners and Religion of the Ancient Germans
Pengarang :
Penerbit : Relift Media, Agustus 2022
Genre :
Kategori : ,

Unduh

  • Unduh

    Tatakrama dan Agama Jerman Kuno

  • Koleksi

    Koleksi Sastra Klasik (2022)